"Ngajar Zaman Now": Strategi Pembelajaran Anti-Monoton di Era Digital dan AI
Yogyakarta, 24 Juli 2025 -- Dunia pendidikan terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Di tengah arus deras teknologi dan munculnya Generasi Z sebagai mayoritas peserta didik, cara mengajar tradisional tak lagi cukup. Hal ini menjadi sorotan utama dalam Workshop Inovasi Pembelajaran yang digelar di Ruang Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Kegiatan ini digagas oleh Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) UPN “Veteran” Yogyakarta sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas dosen dalam merespons tantangan pembelajaran abad ke-21. Workshop dibuka secara resmi oleh Kepala LPMPP, Dr. Ir. Barlian Dwinagara, M.T., IPU. ASEAN Eng, dan menghadirkan narasumber utama, Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dari Universitas Negeri Yogyakarta, yang merupakan pakar dalam bidang teknologi pembelajaran. Workshop ini diikuti oleh dosen-dosen lintas program studi dari berbagai fakultas. Antusiasme peserta menunjukkan besarnya perhatian terhadap tantangan pembelajaran di era digital dan potensi kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan.
Tantangan Mengajar di Era Gen Z dan AI
Mengajar zaman sekarang bukan hanya soal menyampaikan materi, tapi tentang menciptakan pengalaman belajar yang interaktif, kolaboratif, dan menyenangkan. Generasi Z—yang lahir antara 1997 hingga 2012—merupakan digital native dengan rentang perhatian pendek dan kecenderungan sebagai pembelajar visual. Mereka cepat bosan jika metode belajar monoton dan kaku. Di sisi lain, teknologi seperti media sosial, game online, dan kini AI seperti ChatGPT, telah membentuk cara berpikir dan belajar mereka. Dosen dan guru dituntut untuk tidak hanya menguasai materi, tapi juga melek digital, kreatif, serta mampu beradaptasi dengan ekosistem pembelajaran digital yang dinamis dan terus berkembang.
Ekosistem Pembelajaran Digital: Pilar Pendidikan Masa Kini
Ekosistem pembelajaran digital bukan sekadar menggunakan LMS seperti Moodle atau Google Classroom. Ia adalah jaringan terintegrasi yang mendukung proses belajar secara menyeluruh. Komponennya meliputi: Konten digital: Multimedia interaktif, video, animasi, simulasi, hingga augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Analitik pembelajaran: Evaluasi otomatis berbasis data untuk memantau kemajuan belajar mahasiswa secara real-time. Kolaborasi online: Tools seperti Padlet, Mentimeter, Google Docs, breakout room di Zoom, dan forum diskusi dalam LMS menjadi bagian penting dalam interaksi jarak jauh. Dengan ekosistem ini, pembelajaran bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta disesuaikan dengan kebutuhan individual mahasiswa.
Strategi Anti-Monoton: Flipped Classroom, TPS, dan Gamifikasi
Agar pembelajaran tidak membosankan, Prof. Herman memaparkan berbagai strategi inovatif yang dapat diterapkan di berbagai jenjang pendidikan tinggi: Flipped Classroom: Mahasiswa belajar materi terlebih dahulu di rumah (melalui video, artikel, dll), kemudian diskusi dan praktik dilakukan saat tatap muka di kelas. Think-Pair-Share (TPS): Mahasiswa diberi waktu berpikir mandiri, lalu berdiskusi berpasangan, dan akhirnya membagikan hasil diskusi ke kelas. Metode ini terbukti meningkatkan partisipasi dan refleksi. Gamifikasi: Pembelajaran dikemas seperti permainan dengan poin, lencana, dan papan peringkat (leaderboard). Tools seperti Kahoot, Quizizz, dan Wordwall menjadi andalan untuk membuat kuis interaktif yang menyenangkan.
Alih-alih dianggap ancaman, kecerdasan buatan justru bisa menjadi asisten pengajar yang andal. Dosen dapat menggunakan: ChatGPT untuk menyusun soal, ice breaking, dan bahan diskusi. SlidesAI dan AiPPT untuk membantu menyusun presentasi otomatis. Speechify dan Invideo untuk membuat konten pembelajaran yang variatif dan inklusif. Namun, Prof. Herman juga mengingatkan pentingnya regulasi dan etika dalam pemanfaatan AI agar tidak menimbulkan penyalahgunaan atau menurunkan kualitas proses belajar-mengajar. Workshop ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga memperkuat sinergi antar-dosen lintas program studi. Dengan semangat kolaboratif dan adaptif, diharapkan para pendidik mampu menerapkan strategi pembelajaran zaman now di kelas masing-masing.